Selangor, Malaysia: “Penanganan bencana alam dan bantuan kemanusiaan di ASEAN telah berkembang sangat baik. Negara Anggota ASEAN telah sepakat untuk memperkuat kerja sama regional penanganan bencana misalnya dengan kesepakatan ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response (AADMER) tahun 2005, pembentukan ASEAN Coordinating Center for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Center) di Jakarta pada 2011, serta ASEAN Declaration on One ASEAN One Response pada tahun 2016". Demikian tutur Direktur Jenderal (Dirjen) Kerja Sama ASEAN, Jose Tavares pada pertemuan ke-31 ASEAN-US Dialogue yang diselenggarakan di Selangor, Malaysia pada 2-3 April 2018.

Lebih lanjut dijelaskan pula sejumlah pencapaian penanganan bencana alam dan bantuan kemanusiaan di kawasan ASEAN. “Semenjak didirikan, AHA Center telah bekerja menangani 19 bencana alam yang terjadi di 7 negara ASEAN. Di luar mandat utama dalam penanganan bencana alam, AHA Center juga telah menyalurkan bantuan kemanusiaan di Marawi, Filipina (Juli 2017) dan Rakhine, Myanmar (Oktober 2017-Januari 2018)", jelas Dirjen.

“Kerja sama ASEAN dan Amerika juga cukup kuat. ASEAN, misalnya telah bekerja sama dengan U.S. Pacific Disaster Center (PDC), U.S. Forest Service on Incident Command System (ICS) serta melalui U.S. PROGRESS", jelas Indonesia. Selanjutnya Indonesia mengharapkan agar kerja sama tersebut semakin diperkuat misalnya dalam dukungan AS pada pengembangan ASEAN Standardization and Certification for Experts in Disaster Management (ASCEND), dimana Indonesia sebagai lead country dalam bidang sertifikasi dan standardisasi profesional di bidang penanggulangan bencana di ASEAN. 

Terkait dengan hal tersebut, Susan Thornton, ketua Delegasi Amerika menyambut baik usulan Indonesia tersebut. “Amerika juga memandang penting kerja sama dengan ASEAN di bidang penanganan bencana alam dan bantuan kemanusiaan ini. AS akan ikut berkontribusi mendukung implementasi Rencana Kerja AADMER 2016-2020, dan memperkuat kerja sama melalui berbagai kerangka yang ada seperti ASEAN Regional Forum (ARF) dan East Asia Summit (EAS)", jelasnya.

Dalam pertemuan Indonesia juga menyampaikan update mengenai penyelenggaraan ASEAN 1.5 Track Workshop on an Indo-Pacific Regional Architecture for Mutually Beneficial Relations di Jakarta pada Maret 2018. “Workshop ini membahas dampak pergeseran peta geopolitik yang kini tengah terjadi di dunia bagi kawasan, mengidentifikasi bidang kerja sama yang dapat diperkuat dalam menghadapi pergeseran kekuatan tersebut, serta mengkaji peran sentral yang dapat dimainkan oleh ASEAN sebagai poros kawasan Indo-Pasifik", jelas Dirjen Tavares.

The 31st ASEAN-U.S. Dialogue merupakan pertemuan tahunan Tingkat Pejabat Tinggi antara ASEAN dan AS. Pertemuan dipimpin bersama oleh AS dan Malaysia (sebagai country coordinator kerja sama ASEAN-AS) serta dihadiri delegasi negara ASEAN, Sekretariat ASEAN, dan AS. Pertemuan membahas berbagai isu yang menjadi kepentingan bersama seperti diantaranya kerja sama di bidang maritim, cyber security, terorisme dan perdagangan manusia, ekonomi, perdagangan dan investasi, penanganan bencana, pendidikan, generasi muda dan perempuan serta isu di bidang lingkungan hidup. 

Kerja sama ASEAN-AS telah dimulai semenjak tahun 1972. AS secara resmi menjadi Mitra Wicara (Dialogue Partner) ASEAN pada tahun 1977 dan saat ini berada pada level Kemitraan Strategis semenjak tahun 2015. Pada tahun lalu, ASEAN dan AS telah menyelenggarakan pertemuan KTT ASEAN-Amerika ke-5 di Manila pada November 2017 untuk memperingati 40 tahun kerja sama kemitraan ASEAN-Amerika. Dalam perjalanannya, kerja sama ASEAN dan AS terus berkembang di berbagai bidang di ketiga pilar ASEAN yang mencakup bidang ekonomi, politik dan keamanan serta sosial budaya. (Sumber: KS Eksternal ASEAN)