REPUBLIKA.CO.ID, CHIANGMAI -- Ketua ASEAN Senior Official Meeting on Youth Asrorun Niam Sholeh menjelaskan, masyarakat ASEAN memiliki komitmen untuk mempromosikan budaya yang mendorong moderasi. Sebab, ada sejumlah masalah yang muncul belakangan ini tak hanya di Indonesia, melainkan juga di sejumlah negara ASEAN,

"Masalah kebencian dan radikalisme yang didasarkan pada agama, etnisitas dan identitas kelompok menjadi keprihatinan kita semua sesama negara ASEAN, dan memperoleh perhatian bersama untuk penyelesaian," kata Niam di sela-sela acara pertemuan Working Group on Culture of Prevention, di Chiang Mai, Thailand, Senin (13/5), dalam keterangan media yang diterima Republika.co.id.

Di samping radikalisme, masalah yang disoroti adalah tentang cyber bullying yang dinilainya sudah pada taraf membahayakan kohesi sosial. Juga tentang masalah narkotika dan zat adiktif yang membahayakan generasi muda.

"Salah satu solusi yang disepakati adalah mempromosikan nilai moderasi dan membangun literasi di berbagai bidang dan aspek kehidupan sosial kemasyarakatan, serta mencegah merajalelanya hoax, perundungan berbasis siber (cyber bullying), dan radikalisme. Di samping langkah pencegahan, forum juga menyampaikan perlunya mengambil langkah penindakan," tegas pria yang juga menjabat Deputi Kepemudaan Kemenpora ini."Rapat juga menilai pentingnya fokus kampanye mempromosikan literasi media untuk memerangi fakenews, jelas Niam.

Untuk membangun harmoni dan moderasi di kalangan kaum muda, Indonesia menyampaikan akan melaksanakan pertemuan pemuda antar agama melaui ASEAN Interfaith Youth Camp. "Kemenpora siap memimpin kegiatan dialog pemuda antaragama untuk meningkatkan kesepahaman dan menimalkan kecurigaaan serta ketegangan karena perbedaan agama. Insya Allah dilaksanakan di Mataram Juni mendatang," ujar Niam.

Pertemuan Working Group on Culture of Prevention ini dilaksanakan untuk kedua kali, sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat ASEAN yang damai, inklusif, tangguh, sehat, dan harmonis. Dalam forum ASEAN Summit pada 2017 yang lalu, para pemimpinan negara ASEAN mengadopsi ASEAN Declaration of the Culture of Prevention (CoP) for a Peaceful, Inclusive, Resilient, Healthy, and Harmonious Society.  Deklarasi ini menitikberatkan pada inisiatif pemegang kebijakan dan pendekatan partisipatif dalam upaya menjaga perdamaian dan stabilitas di ASEAN.