TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi merespon anggapan bahwa ASEAN mengakui pemerintahan Junta Myanmar karena mengundang mereka ke KTT atau Leaders Meeting. Retno berkata, kehadiran mereka bukan sebagai bentuk pengakuan, tetapi "engagement". Isu pengakuan sendiri, kata ia, tidak disinggung selama jalannya pertemuan.

"Banyak sekali pihak yang bertanya mengenai masalah rekognisi. Di titik ini kami tidak menyentuh isu rekognisi (pengakuan)...Kami melakukan engagement karena kami bisa menyuarakan apa yang kami inginkan," ujar Retno Marsudi, dalam wawancara dengan Tempo pekan lalu, Kamis, 29 April 2021.

Retno melanjutkan, engagement dengan Junta Myanmar penting dilakukan karena mereka adalah salah satu pihak yang dapat mengakhiri krisis. Sebagaimana diketahui, mereka yang mengawali kudeta pada 1 Februari lalu. Jadi, kata Retno, Junta Myanmar adalah bagian dari solusi atas krisis Myanmar.

Jika engagement tidak dilakukan, kata Retno, maka akan sulit untuk mengakhiri krisis Myanmar. Hal itu dikarenakan berbagai alasan mulai dari tidak mengatahui apa rencana junta Myanmar berikutnya, bagaimana akan memulai dialog konstruktif/ negosiasi, hingga bagaimana membuka akses bantuan kemanusiaan ke negeri seribu pagoda itu.

Selengkapnya Tempo