Kementerian Luar Negeri RI melaksanakan langkah inovasi dalam menyongsong Hari Batik Nasional ke-11. Selama 2 (dua) hari berturut-turut, dengan menjadi tuan rumah untuk Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terpumpun dengan menggandeng berbagai tokoh terkemuka dari industri batik Indonesia.

Kementerian Luar Negeri yang telah menjadikan batik sebagai bagian dari diplomasi Indonesia, memperhatikan bahwa saat ini, industri batik sedang menghadapi berbagai tantangan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Oleh karena itu, melakukan beberapa inisiatif untuk dapat berperan lebih dalam mengembangkan industri batik sangat diperlukan.

“Salah satu cara adalah melakukan pengarusutamaan batik ke dalam kurikulum yang dapat membuat suatu ekosistem untuk mendorong kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan industri batik, Outcome dari hal ini adalah melahirkan para stakeholder, policymaker untuk menciptakan ekosistem yang baik untuk industri batik,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar dalam Pembukaan dari FGD daring dengan tema “Mainstreaming Batik in Diplomatic and Training Curriculum and Tailor-Made Courses for Indonesian Diplomats and Officials” di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri pada Kamis (01/10).

Diharapkan Kurikulum yang dirumuskan akan berperan sebagai modalitas untuk para Diplomat dalam mempromosikan Batik di Perwakilan-perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Diharapkan usaha ini akan membangun kontribusi langsung bagi industri batik termasuk mereka yang berada di daerah terpencil.

Selengkapnya: Kementerian Luar Negeri RI