Sorong & Raja Ampat, Papua Barat: “The lost paradise. Itu adalah ungkapan yang diberikan banyak orang untuk mengungkapkan keindahan Raja Ampat.”

Papua Barat diberkahi dengan keindahan alam nan elok yang berpotensi tinggi untuk meningkatkan manfaat ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila Raja Ampat ditetapkan sebagai salah satu dari 10 destinasi wisata nasional atau dikenal sebagai 10 Bali baru dan saat ini Pemerintah Pusat gencar menggenjot pembangunan infrastruktur di Sorong dan Raja Ampat. Sorong sebagai nadi Papua Barat merupakan akses menuju  Kabupaten Raja Ampat yang merupakan destinasi utama di Papua Barat. ”Potensi besar ini perlu kita aktualisasikan menjadi program-program riil, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi ASEAN (Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)) maupun kebijakan ekonomi sub-kawasan, dalam hal ini kerangka kerja sama Brunei Indonesia Malaysia the Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP EAGA). Pembangunan infrastruktur yang tepat, peningkatan sumber daya manusia yang handal, serta penyusunan kerangka hukum dan kebijakan yang efektif merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk memajukan Pariwisata di Papua Barat. Tak hanya itu, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berketahanan tinggi, pengembangan UMKM lokal juga tak kalah pentingnya.” Hal tersebut ditekankan dengan lugas oleh Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Diplomasi Ekonomi, Ridwan Hassan  pada rangkaian kegiatan Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri, bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Sorong, Pemerintah Provinsi Papua Barat, Kementerian Koperasi dan UKM, serta Google Indonesia melalui program Gapura Digital.

Dalam usaha mengimplementasi komitmen Indonesia di ASEAN serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas sekaligus daya saing UMKM di bidang pariwisata, Kementerian Luar Negeri c.q. Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN menyelenggarakan program penyampaian saran kebijakan ekonomi ASEAN kepada pemangku kebijakan, pelaku UMKM, dan mahasiswa sebagai calon agent of change untuk isu ekonomi nasional di Papua Barat tepatnya di dua kabupaten Papua Barat yaitu di Sorong dan Raja Ampat dengan mengusung tema Pemanfaatan Digital Ekonomi untuk meningkatkan Daya Saing UMKM Pariwisata dalam Rangka Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Kuliah umum, diskusi interaktif  serta pelatihan terkait digital economy telah diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Sorong dan Kantor Kabupaten Raja Ampat melalui kerja sama dari Kementerian Koperasi dan UMKM civitas academica, kalangan bisnis maupun UMKM binaan terpilih dengan potensi tinggi. Diharapkan melalui program ini, sektor UMKM Indonesia, Papua Barat khususnya, dapat memperoleh pengetahuan, praktik bisnis, serta pemanfataan digital economy secara  maksimal untuk meningkatkan daya saing UMKM dalam rangka Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Kegiatan ini menarik perhatian besar pemangku kebijakan Papua Barat khususnya yang bergerak dalam bidang pemberdayaan sumber daya manusia dan digital economy UMKM Pariwisata. Rektor Universitas Muhammadiyah Sorong, Dr. H. Hermanto Suaib, MM mengharapkan keseriusan mahasiswa untuk menciptakan teknologi dan ekonomi baru untuk memaksimalkan kegiatan ekonomi di Papua Barat dengan menghidupkan kembali koperasi mahasiswa dan melanjutkan kegiatan berwirausaha seperti yang selama ini sudah dilakukan seperti usaha transportasi dan promosi pariwisata serta memanfaatkan keahlian dalam bidang digital economy untuk membantu masyarakat lokal yang memiliki usaha kecil dan menengah untuk merambah pasar yang lebih luas.

Bapak Eko Adi Priyono selaku perwakilan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memaparkan “Tenaga kerja di Indonesia 96% merupakan pelaku UKM. Salah satu usaha Kementerian Koperasi dan UKM untuk mengembangkan UKM pariwisata di Indonesia adalah dengan mengembangkan pembangunan lembaga pariwisata di beberapa desa sehingga menjadikan desa tersebut desa wisata, kegiatan yang dilakukan adalah mengelola keindahan dan kerbersihan desa tersebut, selanjutnya adalah dengan mengelola mindset masyarakat lokal dengan baik. Kegiatan ini bermanfaat untuk menghasilkan pendapatan masyarakat lokal karena dapat membangun UKM di desa tersebut seperti usaha kuliner, tour guide dan homestay mengingat wisatawan Eropa saat ini lebih memilih untuk tinggal di homestay dibandingkan di hotel

Konsep strategis pemanfataan digital economy di UMKM Pariwisata ini tentunya akan menjadi optimal dengan pemanfaatan teknologi yang tepat serta akses keuangan yang memudahkan pelaku UMKM pariwisata. Dalam hal ini Google Indonesia melalui program Gapura Digital memberikan informasi kepada mahasiswa yang juga pelaku UKM di Papua Barat untuk menampilkan bisnis yang mereka miliki di Google dengan mengoptimalkan fitur Google Bisnisku. Bisnis online atau digital disarankan karena pasarnya lebih luas, pelanggan kini lebih banyak berada di dunia maya dengan 132.7 juta pengguna internet di Indonesia. Selain itu, orang akan lebih mengenal produk yang kita jual karena 69% orang Indonesia mencari informasi tentang suatu produk melalui internet. Dengan usaha online UKM akan menemukan pelanggan baru, meningkatkan efektifitas kerja serta mengembangkan peluang bisnis.

Indonesia perlu menjadi leading country pengembangan manusia di UMKM Pariwisata di ASEAN

Di ASEAN, secara statistik UMKM Indonesia memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi dengan jumlah UMKM terbanyak. Dengan kontribusi penyerapan tenaga kerja 96.7%, Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) UMKM di Indonesia: 58%, tenaga kerja, Kontribusi tenaga kerja UMKM di Asia Tenggara sebesar 51-97%. Sektor UMKM juga berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) UKM di Asia Tenggara:  23-58%. Hal menarik lainnya adalah penggunaan teknologi online (e-commerce) oleh UKM Indonesia masih tergolong rendah. Per 2017, dari 59,2 juta pelaku UKM, hanya 3,79 juta pelaku (6.4%) dan kontribusi nilai ekspor UKM Indonesia masih tergolong rendah, yaitu sebesar 15,7 persen dari total ekspor Indonesia.

UMKM dan pariwisata merupakan sektor strategis lintas isu yang sangat unggul namun belum tergarap dengan baik. Pemanfaatan konsep pengembangan one program fits for all merupakan pendekatan yang kurang tepat. Dengan mengembangkan rencana dan strategi bisnis UMKM pariwisata serta sumber daya manusianya sesuai dengan kearifan lokal maka diharapkan pertumbuhan ekonomi tetap bersinergi dengan keadaan sosial budaya masing-masing daerah di seluruh Indonesia.  Dengan tersusunnya platform yang komprehensif namun fleksibel, diharapkan sektor-sektor ini dapat meningkatkan daya saing Indonesia di ASEAN.