REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan keamanan siber Kaspersky mengungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan Asia Tenggara meningkat selama pandemi. Director for Global Research and Analysis (GReAT) Team Asia Pacific Kaspersky, Vitaly Kamluk, mengungkapkan pelaku kejahatan siber menjadikan "pemerasan" lewat ransomware. Salah satunya Maze, sebagai senjata untuk memastikan bahwa korban akan membayar uang tebusan.

"Kami memantau peningkatan deteksi Maze secara global, bahkan terhadap beberapa perusahaan di Asia Tenggara, yang berarti tren ini sedang mendapatkan momentumnya," ujar Kamluk, dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (7/10).

Penelitian tahun 2020, selama pandemi, yang dilakukan oleh Kaspersky di antara 760 responden dari wilayah tersebut mengungkapkan bahwa hampir 8 dari 10 saat ini menerapkan sistem bekerja dari rumah. Hal ini juga meningkatkan penjelajahan harian konsumen di Asia Tenggara yang rata-rata maksimal adalah 8 jam.

Selengkapnya Republika