TEMPO.COJakarta - Pemerintah Indonesia mengaku sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Myanmar setelah belasan orang tewas dalam demonstrasi Ahad.

Polisi menembaki pengunjuk rasa pada Ahad yang menewaskan 18 korban jiwa, menjadikannya sebagai hari paling berdarah sejak protes kudeta 1 Februari dimulai.

"Polisi dan pasukan militer telah menghadapi demonstrasi damai, menggunakan kekuatan yang mematikan dan menurut informasi yang dapat dipercaya yang diterima oleh Kantor Hak Asasi Manusia PBB, telah menyebabkan sedikitnya 18 orang tewas dan lebih dari 30 luka-luka," kata kantor HAM PBB, dikutip dari Reuters.

Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan duka cita dan belasungkawa kepada korban dan keluarganya.

"Indonesia menyerukan agar aparat keamanan tidak menggunakan kekerasan dan menahan diri guna menghindari lebih banyak korban jatuh serta mencegah situasi tidak semakin memburuk," tulis pernyataan Kemenlu RI pada Ahad.

Selengkapnya Tempo