AKARTA - Pemerintah menyatakan inflasi tahun ini tetap terjaga dan akan terus sebagaimana yang diharapkan. Tahun ini, inflasi tahunan diperkirakan mencapai 3,4%. Angka moderat versi pemerintah ini bertolak belakang dengan Institute for Development of Economics and Finance (Indef).

Indef menilai inflasi sebesar 3,4% merupakan tertinggi di ASEAN. Indef menilai inflasi Indonesia masih tinggi dibandingkan Thailand yang juga merupakan negara berkembang. Adapun inflasi Thailand berada di sekitar 2%.

"Thailand inflasinya lebih rendah dibandingkan Indonesia yang inflasinya 3,6% di tahun 2017. Dan tahun ini inflasi 3,4%. Ini tertinggi di ASEAN. Kita paling tinggi inflasinya, dan Thailand itu rendah sekali, hanya 2%," ujar Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto di Jakarta, Rabu (18/4/2018).

Lanjutnya, inflasi tinggi ini dikarenakan Indonesia terus mengimpor beras. Bahkan keran impor beras lebih tinggi dibandingkan produksi beras lokal. Padahal Indonesia dikenal sebagai negara agraris. 

"Negara eksportir pangan wajar inflasinya stabil. Stabilitas perekonomian dari sisi inflasi itu hubungan erat dalam membangun perekonomian. Tetap saja hasil devisa kita keluar lagi buat beli pangan. Ekspor kita masih rendah dan pendapatan devisa kita masih rendah dan susah ekspor," tukasnya.

Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode Maret 2018 mencapai 0,20%. Realisasi inflasi bulan kemarin sedikit lebih tinggi dibanding Februari 2018 yang sebesar 01,7%.

Jika lihat dari tahun ke tahun (year on year/yoy), inflasi pada Maret 2018 lebih kecil dibanding dua tahun sebelumnya. Dimana pada Maret 2017, inflasi yoy sekitar 3,61% dan pada 2016 inflasi yoy sekitar 4,45%.

Selengkapnya Sindonews