Bisnis.com, JAKARTA--Bandara Juanda di Surabaya memperoleh peringkat tertinggi soal tingkat ketepatan waktu terbang di wilayah Asean, bahkan mengalahkan Bandara Changi di Singapura.

Berdasarkan data survei OAG April 2018, lembaga konsultan data dan riset industri penerbangan asal Inggris, memasukkan tiga bandara di bawah kepengelolaan PT Angkasa Pura I (Persero) dalam peringkat 10 besar bandara paling tepat waktu di Asean.

Penghitungan tingkat ketepatan waktu (on time performance/OTP) berdasarkan penerbangan yang mendarat (landing) atau lepas landas (take off) dalam waktu 14 menit dan 59 detik dari waktu yang dijadwalkan. Adapun, penerbangan yang dibatalkan tidak dihitung.

Dalam data tersebut, Bandara Juanda memperoleh rata-rata OTP yang mengejutkan, yakni sebesar 95,5% dari 7.370 penerbangan. Dua bandara pengelolaan AP I lain, Bandara Supadio di Pontianak sebesar 90,2% dari 1.847 penerbangan dan Bandara Lombok sebesar 88% dari 1.425 penerbangan.

Sementara itu, Bandara Changi hanya memperoleh skor OTP 87,1%. Akan tetapi, mereka menangani penerbangan terbanyak, yaitu sejumlah 15.332 penerbangan.

Menanggapi hal tersebut, Corporate Secretary AP I Israwadi mengatakan survei yang dilakukan oleh OAG dilakukan secara independen. Perusahaan konsultan dinilai mengambil data-data sekunder.

"Hasil ini merupakan kinerja semua pihak selain dari kami sendiri, mulai dari maskapai, ground handling, hingga layanan navigasi [AirNav]. Dukungan stakeholders ini merupakan kunci OTP," kata Israwadi, Rabu (16/5/2018).

Prestasi ini, lanjutnya, membuktikan koordinasi antar pemangku kepentingan penerbangan di ketiga bandara AP I tersebut sudah berjalan dengan baik. Apalagi, bandara Juanda merupakan salah satu yang tersibuk di Indonesia.

Dia mengungkapkan bandara yang terletak di Kabupaten Sidoarjo tersebut pernah terpilih sebagai bandara paling tepat waktu di dunia pada 2016. OAG merilis data tersebut pada Januari 2017.

Saat itu, Bandara Juanda mencatat skor OTP rata-rata 90,30% dalam kategori bandara besar dengan jumlah 10-20 juta penumpang per tahun. Bandara tersebut berhasil mengalahkan Bandara Honolulu di Amerika Serikat (87,53%), Bandara Salt Lake City di Amerika Serikat (87,2%), Bandara Brasilia di Brazil (87,07%), dan Bandara Brisbane di Australia (86,71%).

Israwadi menuturkan sistem yang sudah terbentuk di ketiga bandara tersebut akan dijadikan contoh untuk bandara lain. Terlebih, AP I saat ini telah memiliki layanan Airport Operation Control Center (AOCC) guna memaksimalkan layanan atas utilitas bandara.

Secara umum, lanjutnya, AOCC berfungsi sebagai suatu pusat pengawasan aktivitas operasional di sisi udara (airside) dan sisi darat (landside) serta mencakup seluruh aktivitas kedatangan dan keberangkatan di bandara.

Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi operasional bandara seperti penghematan penggunaan lampu, pendingin ruangan, listrik dan lainnya melalui pengelolaan penumpang di gerbang keberangkatan (boarding gate) atau area lapor diri (check in) secara efektif.

"AOCC mampu membantu pencapaian OTP, sehingga kapasitas, sumber daya bandara, dan ketersediaan slot time dapat digunakan secara efektif dan efisien," ujarnya.

AP I mengoperasikan AOCC di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan dan berencana mengimplementasikan untuk sembilan bandara lain pada 2018.

Selengkapnya Bisnis.com