Sejak abad 20-an Jepang memiliki kepentingan untuk melakukan re-Asianization dengan slogan Datsu-O Nyu-A supaya dapat menguatkan kembali posisinya dalam politik internasional dengan menjadi hegemon di Asia (Hall, 1996). Kepentingan tersebut melatarbelakangi eksistensi Jepang di Asia Tenggara sebagai mitra pengembangan infrastruktur kawasan Asia Tenggara.

Selaras dengan program dan strategi Abe dalam meningkatkan posisi Jepang di Asia, kerja sama infrastruktur merupakan strategi perluasan pasarnya yang didorong dengan peningkatan investasi di Asia Tenggara. Namun, proyek BRI Cina di Asia Tenggara juga bertujuan melakukan ekspansi pasar melalui pembukaan koridor ekonomi kawasan industri sehingga terjadi peningkatan rivalitas dan kompetisi kedua negara dalam ekspansi pasar (Zhao, 2018).

Berkelindan dengan konteks geopolitik, rivalitas Cina-Jepang dalam perebutan pengaruh di Asia Tenggara bukan hanya dilakukan dalam pendekatan ekonomi, melainkan juga dalam pendekatan politik dan keamanan (Boon, 2017). 

Selengkapnya Suara.com