Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) diharapkan telah menyusun dan memiliki strategi yang jelas untuk menghadapi berbagai risiko keamanan yang mungkin terjadi di kawasan selama dan setelah masa pandemi COVID-19, demikian isi diskusi yang diadakan oleh lembaga kajian hubungan internasional, The Habibie Center, di Jakarta, Selasa.

COVID-19, menurut para pembicara diskusi, telah mengingatkan warga dunia, termasuk ASEAN, bahwa pandemi turut mempengaruhi kemampuan negara-negara mengantisipasi ancaman keamanan di kawasan, khususnya di wilayah sengketa seperti Laut China Selatan.

"Pandemi COVID-19 memaksa sebagian besar negara di Asia Tenggara untuk mengalihkan anggarannya, termasuk anggaran bidang pertahanan, untuk menanggulangi COVID-19, dan keputusan itu menyebabkan terbatasnya kemampuan negara-negara untuk meningkatkan pengawasan dan pengamanan di Laut China Selatan," kata Ahli Hukum Internasional dari Universitas Indonesia, Aristyo Rizka Darmawan, saat sesi diskusi.

China diyakini meningkatkan aktivitas militernya di Laut China Selatan, perairan yang jadi sumber sengketa beberapa negara anggota ASEAN dan China, selama masa pandemi, khususnya pada medio Juli dan Agustus 2020.

Selengkapnya Antara News