Khartoum, Sudan - The ASEAN Students' Day in Khartoum (ASD) 2019 dibuka secara resmi oleh Dubes RI Khartoum (Rossalis R. Adenan) bersama Dubes Malaysia (M. Razdan bin Jamil)  dan Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di GOR Najah Saleh, Khartoum (15/3).

The ASD merupakan ajang kompetisi olahraga dan seni yg diselenggarakan setiap 2 (dua) tahun sekali dan diinisiasi oleh  Persatuan Pelajar Negara- negara ASEAN. Pada tahun 2019 ini  the ASD diikuti oleh para mahasiswa dari 5 (lima) negara anggota ASEAN tanga ada di Khartoum, yaitu : Indonesia, Kamboja, Malaysia, Myanmar dan Thailand. Cabang olah raga dan seni yg dipertandingkan adalah futsal, kaligrafi, musabaqah hifzil quran (mhq) dan musabaqoh qiroatil kitab (mqk). Selain itu,  kegiatan ini juga diramaikan dengan kegiatan bazaar kuliner dari masing-masing negara.

Dalam sambutan pembukaan, Dubes RI Khartoum antara lain menyatakan rasa bangganya atas kebersamaan dan soliditas yang ditunjukkan oleh para mahasiswa ASEAN di Khartoum dalam penyelenggaraan kegiatan ini yang mencermikan solidaritas dan persaudaraan  yang kuat antar sesama mahasiswa ASEAN di Sudan. Dubes RI, juga mengutip sebuah kata-kata bijak  klasik :"With religion, our life will be blessed and fortunate; With science and technology, our life will be meaningful; With sport, our life will be healthy; and With arts our life will be beautiful". Dubes RI juga berharap agar kompetisi  ini dapat dijadikan sebagai kegiatan tahunan untuk lebih memperkuat  solidaritas dan persaudaraan antar masyarakat ASEAN. 

The ASD berlangsung  selama dua hari, hari pertama untuk pertandingan dan perlombaan, sementara pada  hari kedua merupakan  penutupan sekaligus bazaar kuliner negara-negara  ASEAN. Pada bazaar kali ini, Indonesia menampilkan berbagai jenis makanan khas diantaranya, sate, bakso, miso, dendeng batokok, yang semuanya dipersiapkan oleh para mahasiswa Indonesia di Khartoum. Hal ini dilakukan sebagai upaya KBRI Khartoum dalam meningkatkan kreatifitas dan pembinaan mahasiswa dalam bidang ekonomi kreatif yang diharapkan mampu dijadikan bekal untuk mandiri apabila sudah menyelesaikan studinya di Sudan dan  kembali dari Sudan.

selengkapnya: Kementerian Luar Negeri