Teman-teman media yang saya hormati, selamat sore, mudah-mudahan teman-teman selalu dalam kondisi sehat walafiat.

Rekan-rekan,

Saya baru saja selesai mengikuti rangkaian pertemuan Menlu ASEAN yang diselenggarakan sejak pagi tadi, yang terdiri dari tiga pertemuan, yaitu:

  1. Pertemuan ASEAN Political-Security Community Council (APSC) ke-24, yang saya hadiri bersama dengan Menkopolhukam, Bapak Mahfud MD;
  2. Pertemuan ASEAN Coordinating Council (ACC) ke-30; dan
  3. Pertemuan ASEAN Foreign Ministers Meeting (AMM).

Di awal setiap pertemuan, baik APSC, ACC, maupun AMM, Sekjen ASEAN memberikan updates kepada negara anggota ASEAN.

Dalam pertemuan APSC, Sekjen ASEAN menyampaikan antara lain:
 

  • 98% lini aksi APSC Blueprint telah terlaksana. Berbagai kemajuan telah terefleksikan ​dalam bidang kerja sama politik dan keamanan, keamanan siber, promosi HAM, serta dalam bidang kerja sama politik dan keamanan, keamanan siber, promosi HAM, serta Women, Peace, and Security.
  • Untuk isu Women, Peace, and Security misalnya, Sekjen menyampaikan bahwa sebagai upaya untuk mengarusutamakan isu WPS, saat ini tengah disusun ASEAN Regional Plan of Action on Women Peace and Security.
  • ASEAN juga telah menyetujui permintaan aksesi TAC dari Denmark, Yunani, Belanda, Oman, Qatar, dan UAE.

Dalam pertemuan ACC dan AMM, Sekjen menyampaikan antara lain:
 

  • Telah terdapat persetujuan terhadap TOR dari High Level Task Force (HLF) serta Roadmap untuk ASEAN Post-2025 Vision.
  • Terkait dengan upaya mengatasi pandemi, Sekjen ASEAN melaporkan bahwa ASEAN SOM on Health Development telah menyetujui proposal untuk melakukan procurement (pembelian) vaksin COVID-19 dari UNICEF dalam waktu satu minggu ke depan. UNICEF juga akan akan memfasilitasi distribusi vaksin tersebut kepada negara-negara ASEAN.
  • Selain itu, terkait dengan ASEAN Travel Corridor Arrangement Framework (ATCAF), tengah dijajaki sebuah common approach atau langkah-langkah untuk memverifikasi sertifikasi vaksin negara ASEAN. Upaya ini dipimpin oleh Indonesia di tingkat Working Group.
  • Sehubungan dengan situasi di Rakhine State, Ad Hoc Support Team dari Sekretariat ASEAN telah menjalankan proyek prioritas dan Sekretariat ASEAN saat ini sedang mengkaji pemanfaatan Support Team untuk mendukung upaya kemanusiaan ASEAN di Myanmar, bukan hanya di Rakhine State.
  • Terkait dengan kemitraan ASEAN dengan Inggris, Sekjen ASEAN merekomendasikan beberapa langkah untuk menindaklanjuti kemitraan dengan Inggris, termasuk penyusunan ASEAN-UK Plan of Action serta pembentukan ASEAN-UK Trust Fund. Sekjen juga mengusulkan Brunei sebagai country coordinator kemitraan ASEAN dan Inggris untuk 2021-2024.

Rekan-rekan media ysh,

Saya akan sampaikan lima hal penting yang Indonesia sampaikan dalam rangkaian pertemuan ASEAN sejak pagi tadi hingga sore hari ini, yaitu:

  1. Pentingnya operasionalisasi ASEAN Travel Corridor Arrangement Framework (ATCAF);
  2. Penguatan kesatuan dan sentralitas ASEAN dalam menghadapi berbagai tantangan dan dinamika dewasa ini;
  3. Kerja sama ASEAN-US, dimana Indonesia menjadi koordinator;
  4. Prakarsa ASEAN Human Rights Dialogue; dan
  5. Implementasi Five-Point Consensus terkait perkembangan di Myanmar.

Saya akan coba sampaikan satu persatu berbagai isu yang Indonesia sampaikan dalam pertemuan tadi.

Rekan-rekan media ysh,

Pertama, operasionalisasi ASEAN Travel Corridor Arrangement Framework.

Sebagaimana teman-teman ketahui, prakarsa ASEAN Travel Corridor Framework disampaikan Bapak Presiden pada KTT ASEAN tahun 2020 untuk mendorong pergerakan business essential dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat.

Selama hampir satu tahun, pembahasan ACTAF ini dilakukan, dimana Indonesia menjadi koordinator Task Force-nya.

Alhamdulillah, saat ini semua element penting pembahasannya telah selesai dilakukan dan akan disepakati dalam KTT ASEAN mendatang.

Dalam pertemuan tadi, saya sampaikan perlunya segera mengimplementasikan ACTAF ini untuk membuka perbatasan kita dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat.

Rekan-rekan media ysh,

Menyikapi berbagai pembahasan paspor vaksin di dunia, saya tekankan pentingnya untuk membentuk mutual recognition terhadap sertifikat vaksin COVID-19.

Hal ini penting untuk memastikan tidak adanya diskriminasi vaksin di ASEAN. Semua vaksin yang telah mendapatkan Emergency Use Listing yang diterbitkan oleh WHO harus diperlakukan sama.

Saya mengusulkan agar Task Force dapat membahas isu ini dalam pembahasan berikutnya.

Terakhir, saya sampaikan implementasi ACTAF akan memfasilitasi berbagai pertemuan ASEAN secara fisik tetapi aman.

Selama pandemi, konsultasi informal dan personal engagement yang selama ini menjadi
tradisi ASEAN tidak dapat dilakukan.

Rekans media ysh…

Isu Kedua, Penguatan ASEAN.

Penguatan ASEAN sangat penting artinya agar ASEAN dapat bekerja lebih efektif dan dapat merespon dengan baik tantangan yang dihadapi saat ini.

Saya sampaikan bahwa kawasan ASEAN saat ini menghadapi berbagai tantangan yang bersifat kompleks dan multi-dimensional.

Di satu sisi, kita semua tengah menghadapi pandemi Covid-19 dan dampak ekonominya dalam 2 tahun terakhir…

Di sisi lain, selain tantangan domestik negara anggota ASEAN, ancaman keamanan terus berkembang dan muncul dalam bentuk baru di masa pandemi ini.

Selain itu, rivalitas kekuatan besar juga terus menajam…
 

  • ​Berpotensi membelah kesatuan antara negara-negara anggota ASEAN… dan
  • Menambah potensi ancaman terhadap perdamaian dan stabilitas keamanan di kawasan indo-pasifik.

Dalam pertemuan, saya sampaikan pendekatan business as usual dalam menyikapi situasi kawasan saat ini tidak lagi dapat dilakukan.

ASEAN harus terus berkembang dan semakin kuat seiring dengan meningkatnya ancaman dan tantangan yang dihadapi.

Saya tegaskan pentingnya penguatan ASEAN sehingga mampu melakukan tiga hal, yaitu…
 

  • ​Menghadapi berbagai tantangan baru yang terus berkembang ;
  • Melakukan langkah maju dalam merealisasikan komunitas ASEAN yang lebih terintegrasi; dan
  • Merealisasikan visi dan tujuan organisasi ASEAN.

Dengan berbagai alasan yang saya sebutkan tadi, Indonesia memandang bahwa penguatan ASEAN harus segera dilakukan.

Terutama untuk memperkuat sentralitas dan persatuan ASEAN, agar mampu mengambil peran aktif dalam membentuk atau menghadapi dinamika di kawasan.

Oleh karena itu, Indonesia mengusulkan agar High-Level Task Force on ASEAN Community’s Post-2025 Vision yang memiliki mandat untuk menyusun visi Komunitas ASEAN Pasca-2025 juga diberikan mandat untuk bagaimana ASEAN dapat memperkuat dirinya.

Upaya ini akan mendukung penyiapan seluruh infrastruktur yang diperlukan untuk implementasi the Post-2025 Vision, pada saat vision ini disepakati oleh negara-negara ASEAN.

Penguatan ASEAN khususnya penguatan kesatuan dan sentralitas ASEAN dalam menghadapi berbagai tantangan dan dinamika dewasa ini menjadi fokus dalam intervensi saya pada agenda isu kawasan dan internasional.

Rekans media ysh…

Isu ketiga yang saya sampaikan di dalam pertemuan adalah terkait dengan posisi Indonesia sebagai koordinator kerja sama ASEAN-US.

Saya sampaikan bahwa salah satu fokus utama kerja sama ASEAN-US adalah penguatan kerja sama dalam konteks implementasi AOIP dengan terus mengikuti prinsip inklusivitas, keterbukaan, transparansi, dan rule-based.

Hal ini dilakukan melalui Implementasi kerja sama konkret atau yang saya tekankan adalah penting sekali bagi ASEAN dengan negara mitra untuk melakukan kerja sama konkret untuk mengimplementasikan AOIP, terutama di 4 area kerja sama, yaitu maritim, konektivitas, pencapaian SDGs, dan perdagangan dan investasi.

Kita yakin bahwa kerja sama di 4 area tersebut dapat membawa hasil konkret bukan saja bagi penguatan ASEAN dan AS, namun juga bagi tercapainya perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Sekali lagi, kerja sama implementasi AOIP penting sekali, dan ASEAN terbuka untuk melakukan kerja sama dengan semua mitra, termasuk dengan AS.

Rekans media ysh,

Masuk ke isu keempat, yaitu pemajuan dan penghormatan HAM di kawasan.

Sebagaimana rekan-rekan ketahui, Indonesia memiliki komitmen yang sangat kuat dalam pemajuan dan penghormatan HAM, termasuk dalam konteks ASEAN.

Salah satu upaya yang dilakukan Indonesia adalah bekerja sama dengan AICHR menyelenggarakan ASEAN Human Rights Dialogue pada 21 September 2021 lalu.

Ini adalah dialog HAM ketiga setelah lebih dari 7 tahun kosong atau setelah lebih dari 7 tahun tidak terdapat dialog HAM di ASEAN.

Dialog ini pertama kali diprakarsai Indonesia tahun 2013. Dialog kedua dilakukan di Thailand 2014. Dan ketiga kembali dilakukan di Indonesia tahun 2021.

Menurut Indonesia, dialog ini adalah platform yang baik untuk mendorong interaksi dan tukar pandangan antara negara-negara ASEAN yang difasilitasi oleh AICHR dan melibatkan berbagai elemen di negara ASEAN termasuk institusi/lembaga HAM nasional.

Dalam pertemuan, Indonesia sampaikan komitmen untuk melanjutkan penyelenggaraan ASEAN Human Rights Dialogue ini tahun depan agar dapat menjadi forum reguler untuk memajukan agenda HAM di kawasan.

Rekan-rekan, isu Kelima adalah implementasi five-point consensus.

Sebelum membahas implementasi 5PC, Sekjen ASEAN menyampaikan update perkembangan bantuan kemanusiaan ke Myanmar dan Utusan Khusus ASEAN, Menlu kedua Brunei menyampaikan update terkait mandat yang dilakukan SE untuk menjalankan 5PC.

Mengenai humanitarian assistance, Sekjen menyampaikan setelah Pledging Conference to Support ASEAN’s Humanitarian Assistance to Myanmar yang diselenggarakan 18 Agustus 2021 lalu, Batch pertama bantuan kemanusiaan berupa peralatan kesehatan senilai 1,1 juta USD telah disampaikan pada Myanmar Red Cross Society (MRSC). MRSC telah mendistribusikan oksigen kepada 4 Rumah Sakit di bulan September dan berbagai alat kesehatan ke 5 Rumah Sakit.

Sekretariat ASEAN dan AHA Centre saat ini bekerja sama dengan UNICEF dan UNOCHA untuk menjajaki kemungkinan pelaksanaan program vaksinasi COVID-19 untuk masyarakat Myanmar.

Setelah briefing dari Sekjen mengenai pelaksanaan humanitarian assistance, Utusan Khusus ASEAN menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dalam rangka implementasi 5PCs.

Utusan Khusus menyampaikan adanya tantangan, termasuk masalah kunjungan dan akses untuk bertemu dengan semua pihak atau all stakeholders.

Teman-teman, diskusi mengenai isu ini, isu implementasi 5PCs berlangsung cukup lama dan sangat terbuka.

Sebagian besar negara anggota menyampaikan kekecewaan terhadap implementasi 5PCs. Sebagian negara menyampaikan bahwa ASEAN tidak boleh bersikap business as usual…mencermati perkembangan ini.

Di dalam pertemuan, saya menyampaikan apresiasi atas upaya Utusan Khusus untuk mendorong pelaksanaan 5PC.

Saya sampaikan, sejak awal terjadi krisis politik di Myanmar, ASEAN sebagai keluarga menawarkan bantuan untuk membantu Myanmar agar situasi tidak semakin memburuk.

Sejak pertemuan ALM 6 bulan lalu di Jakarta, saya sampaikan tidak ada perkembangan signifikan di Myanmar.
Militer tidak memberikan tanggapan positif dari apa yang telah diupayakan oleh Special Envoy.

Menurut Indonesia, sudah waktunya para Menlu ASEAN melaporkan situasi ini kepada 9 pemimpin ASEAN, guna mendapatkan arahan engagement ASEAN dengan Myanmar terutama terkait pelaksanaan KTT ke-38 dan 39 ASEAN.

Indonesia juga menyampaikan beberapa artikel dalam Piagan ASEAN yang dapat digunakan untuk memandu bagaimana ASEAN dapat bersikap dalam menangani isu Myanmar ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Sekali lagi sehat selalu.

Terima kasih.

Selengkapnya Kementerian Luar Negeri