Temans media ysh….hari ini…hari terakhir rangkaian pertemuan AMM/PMC, telah diselenggarakan tiga pertemuan, yaitu: 

● ARF;

● ASEAN-EU Ministerial Meeting; dan 

● ASEAN-India Ministerial Meeting. 

Selain itu…dalam briefing pada hari ini…saya akan memberikan update mengenai irregular migrant etnis Rohingya…..dan partisipasi saya dalam Intra-Afghan Negotiation yang dibuka pada hari ini.​

Baik saya mulai dengan ARF, saya sampaikan bahwa tahun 2020 ini… kawasan kita menghadapi tantangan yang tidak ringan. Pada saat kita masih menghadapi berbagai tantangan keamanan dan perdamaian di Kawasan seperti sengketa perbatasan, tensi di LCS, tidak ada perkembangan proses denuklirisasi di Semenanjung Korea dan ancaman terorisme, kita juga melihat rivalitas antara major powers yang mengingatkan kita kenangan jelek mengenai era perang dingin. Dalam situasi ini…kita sampaikan pentingnya ARF untuk tetap dan selalu relevan untuk memperkokoh kerja sama antar negara untuk hadapi tantangan di Kawasan yang semakin kompleks.​​

 

Dalam Pertemuan tadi…saya sampaikan beberapa hal, yaitu: Pertama…..pentingnya kita memproyeksikan budaya dan nilai dialog dan penyelesaian konflik secara damai. Saya sampaikan bahwa selama lebih dari 5 dekade, nilai dan norma ini telah menavigasi kawasan Asia Tenggara hadapi berbagai tantangan yang tidak ringan dan menjadi panduan bagi kerja sama dengan mitra di Kawasan. Kita harapkan semua negara mitra termasuk yang tergabung dalam ARF untuk memegang teguh nilai ini.​
Indonesia sampaikan bahwa Indonesia ingin melihat Kawasan LCS damai dan stabil, dimana prinsip-prinsip internasional yang diakui secara internasional ditegakkan termasuk UNCLOS 1982. Secara khusus, saya merujuk kepada hasil Joint Communique AMM ke-53 yang tegaskan beberapa hal yaitu: 

●UNCLOS 1982 sebagai kerangka hukum internasional untuk semua aktivitas di perairan dan laut. 

●​​​The Code of Conduct in the South China Sea harus konsisten dengan hukum internasional termasuk UNCLOS 1982. 

Indonesia juga sampaikan bahwa UNCLOS 1982 adalah satu-satunya basis untuk penentuan maritime entitlements, kedaulatan dan hak berdaulat, juridiksi dan legitimite interest di perairan dan laut.

Kedua….pentingnya memperkuat kerja sama untuk mengatasi tantangan keamanan lintas batas. Saya mengangkat secara khusus ancaman terorisme dan people smuggling di masa pandemi ini. Selain itu, Indonesia kembali angkat meningkatnya manusia perahu di Kawasan. Dalam 2 bulan terakhir….kita telah menerima hampir 400 manusia perahu dari etnis Rohingya. Mereka masuk Indonesia terakhir tanggal 7 September setelah 7 bulan lamanya di lautan lepas. Saya ingatkan pentingnya berbagi tanggung jawab untuk mengatasi tantangan ini. saya Kembali ingatkan pentingnya untuk mengatasi akar masalahnya di Myanmar​

Selengkapnya: Kementerian Luar Negeri