Liputan6.com, Jakarta - Kamboja yang pernah mengalami perang saudara pada 1970-an ini mayoritas penduduknya beragama Buddha. Meski begitu, Islam di negarra Asia Tenggara itu cukup berkembang.

Sempat berjaya berkat peran etnis Cham dari Kerajaan Champa pada abad ke-10 dan 11, Islam di Kamboja sempat terkikis karena rezim komunis Khmer Merah. Setelah itu umat muslim mulai menata kembali Islam di Kamboja pada akhir 1980.

Dalam acara Bincang Ramadhan bertajuk ‘Kaum Minoritas Islam di Asia Tenggara’ secara virtual pada Senin, 11 Mei 2020, hal tersebut dikemukakan oleh Betti Rosita Sari. Menurut Peneliti P2W-LIPI yang mengangkat tema Mengenal Minoritas Muslim Cham di Kamboja, masyarakar muslim di sana sekarang sudah lebih maju dan berkembang.

"Tak hanya sebagai nelayan, petani atau pedagang, tapi sudah ada yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan dan berbisnis. Banyak juga yang sudah bergabung ke partai-partai politik, tapi memang perannya belum begitu menonjol," tutur Betti. Ia menambahkan, sejak 1998 mereka punya seorang mufti atau ulama yang kemudian membuat Grand Mufti of Chambodia.

"Ini mungkin seperti MUI di Indonesia. Tugas mereka mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan urusan hidup umat Islam di Kamboja. Mereka juga mendorong untuk mendirikan masjid, untuk beribadah dan menyerukan para wanita memakai kerudung termasuk mereka yang masih sekolah," jelasnya lagi.

Selengkapnya Liputan6