TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 20 orang tewas dalam pertempuran antara milisi perlawanan dan junta militer yang berkuasa di Myanmar, menurut seorang saksi mata dan media lokal pada Jumat, dalam kekerasan terburuk sejak penentang junta mendeklarasikan perang terhadap rezim junta pekan ini.

Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), yang dibentuk untuk menentang kudeta militer 1 Februari, pada Selasa menyerukan pemberontakan melawan kekuasaan militer, dalam upaya nyata untuk mengoordinasikan kelompok-kelompok yang memerangi tentara dan meyakinkan tentara dan pejabat negara untuk pindah haluan.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak penggulingan pemerintahan Aung San Suu Kyi, yang mengakhiri satu dekade demokrasi tentatif dan memicu kemarahan nasional, pemogokan dan protes. Kudeta militer mendorong munculnya kelompok-kelompok milisi yang telah menyerang pasukan keamanan.