KBRN, Jakarta : Pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN Ke-34 dihadiri Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi), Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Muhamad, Penasehat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Thailand Prayut Chan, PM Vietnam Nguyen Xuan Phuc, Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen dan Presiden Laos Bounnhang Vorachith. KTT dibuka secara resmi oleh Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha, di Hotel Athenee, Minggu (23/6/2019).

Dalam retreat KTT ASEAN, Presiden RI Joko Widodo banyak menekankan bagaimana menjaga keamanan serta meningkatkan komunikasi antar negara di kawasan Asia Tenggara. Dengan kedua hal tersebut repatriasi bisa diwujudkan. Untuk diketahui, repatriasi adalah kembalinya warga negara dari negara asing yang pernah menjadi tempat tinggal menuju tanah asal kewarganegaraannya. Artinya ini berkaitan dengan pengungsi di negara-negara yang sedang dirundung konflik. 

Presiden lantas mencontohkan bagaimana negara-negara ASEAN hrus mendorong terbangunnya komunikasi antara Myanmar dan Bangladesh mengenai jumlah pengungsi asal Rakhine State di Cox's Bazar yang masih sangat besar. Dari membangun komunikasi yang baik, ditambah dukungan semua negara ASEAN, diharapkan bisa menggerus trust deficit di kalangan pengungsi sehingga mereka mau meninggalkan Cox's Bazar Bangladesh, kembali ke Rakhine State, Myanmar.

Komunikasi segitiga antara Pemerintah Myanmar, Bangladesh, dan para pengungsi Rakhine State, menjadi kunci utama membuka jalan menuju persiapan repatriasi yang sudah seharusnya segera dijalankan. "Presiden menekankan masalah itu,” tegas Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia Retno Marsudi, mengutip pernyataan resmi Presiden Jokowi dalam retreat KTT ASEAN. 

Jika ini bisa dijalankan dengan sebaik-baiknya, Indonesia meyakini, isu lain yang berkembang, seperti Indo-Pasifik, Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), serta Laut China Selatan bisa terselesaikan.Terkait Indo-Pasifik, Indonesia merupakan inisiator Konsep Outlook (wawasan) ASEAN untuk Indo-Pasifik dan diterima oleh semua anggota ASEAN yang akan segera diikuti proses pengadopsian. Indonesia memandang, dengan konsep Outlook ini, menunjukkan kemandirian dari ASEAN itu sendiri dalam memandang situasi lingkungan kawasan Indo-Pasifik.

Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen ternyata sependapat dengan Indonesia. Pasalnya, dengan konsep tersebut, setiap negara ASEAN bisa mengembangkan pandangan mereka masing-masing terhadap semua peluang kerjasama yang bisa dilakukan.

Dengan memiliki outlook atau wawasan mengenai masalah Indo-Pasifik di tengah ketidakpastian global saat ini, menjadi cerminan sentralisasi serta kekuatan ASEAN dalam menghormati perdamaian, budaya, dialog, serta memperkokoh kerjasama.

Namun begitu, Indonesia mengingatkan, Konsep Outlook tidak akan menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang tertutup, akan tetapi justru menjadi terbuka dalam mengembangkan kerjasama dengan semua mitra sebagai implementasi cara pandang ASEAN terhadap kawasan Indo-Pasifik itu sendiri.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi beserta pemimpin ASEAN lainnya meresmikan gudang penyimpanan (satellite warehouse) Sistem Logistik Darurat Bencana untuk persediaan regional ASEAN atau DELSA yang berlokasi di Provinsi Chainat, Thailand.

Dengan gudang ini, akan memudahkan Badan Penanggulangan Bencana ASEAN (AHA Centre) di Indonesia untuk memobilisasi dan mendistribusikan bantuan kepada negara-negara anggota ASEAN yang terkena bencana secara cepat dan efektif.