JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo mengungkapkan bahwa Indeks Persepsi Korupsi Indonesia yang dikeluarkan oleh Transparency International terus merangkak naik.

Pada 1999 atau pasca-Orde baru tumbang, IPK Indonesia paling buruk di wilayah Asia Tenggara.

"Kalau pada 1999, warisan dari Orde Baru, IPK kita hanya 17, kita yang paling rendah saat itu. Hari ini, saya laporkan, IPK kita paling tidak di ASEAN sudah nomor tiga," kata Agus dalam acara Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia dan Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) 2017, di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (11/12/2017).

Menurut Agus, sejak 2016 lalu skor IPK Indonesia sudah berhasil menyalip Filipina dan Thailand.

Meski diakuinya, Indonesia masih kalah dengan IPK Singapura dan Malaysia yang duduk di peringkat pertama dan kedua skor IPK tertinggi di Asia Tenggara.

"Singapura yang paling baik, mungkin kita menyalipnya perlu waktu yang lama. KPK Singapura dibentuk tahun 1952. Sementara KPK (Indonesia) baru tahun 2000-an," ujar Agus.

"Tetangga kita Malaysia, di atas kita ada dua, Singapura dan Malaysia, Malaysia dibentuk sudah lewati 50 tahun," kata dia.

Untuk itu Agus pun mengajak semua pihak, baik pemerintah pusat dan daerah, serta masyarakat untuk bergerak bersama-sama memberantas korupsi yang sudah mendarah daging di dalam negeri.

"Nanti kalau kita bisa bergerak bersama-sama, di dalam pemberantasan korupsi ini, KPK dan motornya pemerintah, itu Bapak Presiden menentukan, kita harus bergerak, bersama-sama bergerak, rakyat mengawasi tingkah laku semua aparat negara," ujar dia.