Genderang perang dagang Tiongkok - AS masih juga bertalu dengan tentu saja membawa dampak bagi negara-negara lain di dunia. Meski begitu, menurut seorang ahli ekonomi dari Thailand, ASEAN sebaiknya tak perlu repot ikut campur dalam 'perselisihan' dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.

"Jika perang dagang ini berlanjut, keduanya akan rugi" kata Dr. Suthad Setboonsang, anggota dewan dan ketua komite audit Bank Thailand dan seorang spesialis dalam masalah-masalah ASEAN, dalam acara ASEAN Media Forum (AMF) 2019 di Bangkok pada29/7/2019.

Sebaliknya, menurut, ASEAN tetap harus fokus pada penuh 10 negara anggotanya. "ASEAN harus tetap fokus untuk berintegrasi, bergerak maju, karena di situlah masa depan. Kita seharusnya tidak perlu khawatir tentang perang dagang tersebut itu. " lanjutnya.

Seperti diketahui, perang dagang Tiongkok–Amerika Serikat bermula ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pada 22 Maret 2018, memutuskan untuk mengenakan bea masuk sebesar US$50 miliar untuk barang-barang Tiongkok di bawah Pasal 301 Undang-Undang Amerika Serikat Tahun 1974 tentang Perdagangan, dengan menyebut adanya "praktik perdagangan tidak adil" dan pencurian kekayaan intelektual. Salah satu yang menjadi banyak pembicaraan orang adalah pelarangan seluruh entitas usaha AS untuk bekerjasama dengan Huawei, raksasa telekomunikasi Tiongkok.