REPUBLIKA.CO.ID,BALIKPAPAN -- Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan ke-16 ASEAN Working Group on Environmentally Sustainable Cities (AWGESC) yang diadakan di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, yang berlangsung 2-3 Mei 2018. Pertemuan kali ini diikuti oleh 10 negara anggota ASEAN dan para mitra wicara dari Uni Eropa dan beberapa organisasi internasional seperti IGES, Clean Air Asia dan GIZ.

Gubernur Kalimantan Timur dan Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK memberikan sambutan selamat datang untuk seluruh anggota delegasi. Para Menteri Lingkungan Hidup ASEAN telah membentuk ASEAN Working Group on Environmentally Sustainable Cities (AWGESC) pada 2003.

Kelompok Kerja ini diberi mandat untuk mengembangkan kerangka kerja untuk kota-kota yang berkelanjutan yang mengakomodasi berbagai keadaan di antara kota-kota ASEAN. Juga mengembangkan strategi untuk mengatasi berbagai tantangan.

Tingkat urbanisasi di Indonesia telah mencapai 2,75 persen per tahun dan pada 2045 akan ada 82,37 persen penduduk yang diproyeksikan tinggal di kota. Penduduk perkotaan ini telah memberi tekanan pada keberlanjutan kota dalam hal kebutuhan kota untuk mendukung layanan bagi populasi mereka seperti penyediaan air bersih, makanan, energi, dan layanan pengolahan sampah.

Jika masalah lingkungan ini tidak ditangani dengan benar maka keberlanjutan kota akan terkena dampak serius. Rosa Vivien Ratnawati, Dirjen PSLB3 menyatakan, ”Saya ingin mendorong semua delegasi negara anggota ASEAN dan organisasi mitra AWGESC untuk mengembangkan kebijakan dan strategi yang lebih maju dan out of the box untuk mencapai keadaan kota yang berkelanjutan karena kita menghadapi masalah lingkungan yang lebih kompleks dan dinamis”.

Di sisi lain, Indonesia sangat peduli dengan adanya masalah microplastik di laut. Karena Indonesia adalah negara kepulauan di mana lautan yang mengelilingi kepulauan Indoneia sebagai aset vital negara, masalah sampah plastik laut telah menjadi salah satu prioritas untuk dipecahkan.

Lebih dari 50 persen kota dan ibu kota kabupaten terletak di pesisir laut. Timbulan sampah berasal dari daerah perkotaan, pengelolaan limbah padat yang benar-benar harus dilaksanakan di kota-kota tersebut untuk mengurangi dan mencegah kebocoran sampah, terutama sampah plastik ke laut.

Saat ini, Indonesia sedang mengembangkan dan menerapkan kebijakan dan strategi untuk mengelola limbah padat, terutama sampah plastik secara komprehensif. Berkenaan dengan masalah itu, pada acara ini disampaikan deklarasi untuk mengurangi sampah plastik dengan membatasi penggunaan kantong plastik yang dibuat oleh beberapa kota di Indonesia. Saat ini diwakili oleh lima kota yaitu: Balikpapan, Banjarmasin, Malang, Cimahi dan Sigi.

Deklarasi ini merupakan upaya dan kontribusi yang signifikan, dengan mengingat Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi 30 persen limbah pada sumbernya dan 70 persen sampah laut pada 2025. Ini juga merupakan tindakan untuk mengungkapkan kepedulian dan komitmen Indonesia untuk mengurangi dan mencegah sampah plastik masuk kelautan.

KLHK mendorong kota-kota lain di Indonesia untuk mengikuti inisiatif semacam itu dan berharap kebijakan ini dapat direplikasi di kota-kota ASEA. Pada pertemuan ke-16 AWGESC ini, Indonesia mengusulkan masalah sampah plastik laut ini sebagai salah satu agenda dalam Rapat Kelompok Kerja ini untuk dibahas.