REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) yang diprakarsai oleh Kemenko Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kemenlu dan Kemenag diproyeksikan untuk menjadi program yang dijalankan ASEAN.

"Ya ini memang harapannya kemarin disampaikan ke SOCA (Senior Officials Committee for the ASEAN Socio-Cultural Community) leader sepuluh negara ini, nanti di Asean ada namanya ASEAN trust fund, kemarin diusulkan mungkin pendanaannya melalui asean trust fund ini," kata Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Kemenko PMK Yohan di Klungkung, Bali, Sabtu (2/11).

Yohan menuturkan, selama ini ASEAN trust fund belum dimaksimalkan Indonesia maupun negara ASEAN dalam program sosial budaya. Sehingga diharapkan dapat menjadi pembiayaan kegiatan multi religi atau multi budaya seperti AYIC. Dengan demikian, peserta AYIC di tahun berikutnya pun bisa lebih banyak. "Melalui pendanaan ini tidak hanya Indonesia tapi bergiliran dengan negara lain, harapan kita seperti itu," kata dia.

Sementara itu, Direktur Kerja Sama ASEAN di Bidang Sosial Kebudayaan Kementerian Luar Negeri, Riaz JP Saehu mengatakan, AYIC diproyeksikan untuk menjadi acara tahunan. AYIC, kata Riaz merupakan inisiatif dari Indonesia. "Ini diharapkan jadi program tetapnya ASEAN, dan ini masih digodok mekanismenya, mungkin ke depan peserta lebih banyak dan negara penyelenggara bisa giliran," kata Riaz, Sabtu (3/11).

Untuk diketahui, AYIC merupakan kegiatan yang diikuti para pemuda Asia Tenggara berupa kunjungan, diskusi dan seminar tentang toleransi beragama di sejumlah kota di Indoesia. AYIC 2018 dibuka di Jakarta dilanjutkan ke Yogyakarta dan Bali dengan 22 peserta dari negara-negara Asia Tenggara.

Terakhir, objek kunjungan AYIC adalah di Bali. Kegiatan AYIC 2018 di Bali disertai dengan kunjungan ke beberapa tempat ibadah di Bali, seperti Puja Mandala, komplek dimana lima tempat ibadah berdiri berdampingan; Desa Dalung, pemukiman dimana pemeluk agama Hindu dan Islam dengan harmonis; serta Pura Besakih, pura terbesar di Indonesia.