Manila: Dalam sistem keuangan global yang semakin terintegrasi, kerja sama yang lebih kuat di berbagai jaring pengaman keuangan global sangat penting untuk mencegah krisis di masa depan dan demi menjaga stabilitas keuangan.

Oleh karena itu, para gubernur bank sentral dan menteri keuangan negara-negara ASEAN beserta Tiongkok, Jepang, dan Korea (ASEAN+3) sepakat melanjutkan kerja sama untuk memperkuat peran Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) sebagai bagian penting dari jaring pengaman keuangan regional, dengan terus menjaga dan meningkatkan kesiapan operasionalnya.

"ASEAN+3 berkomitmen meningkatkan ketahanan ekonomi regional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi global yang berkelanjutan," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara seusai menghadiri pertemuan gubernur bank sentral dan menteri keuangan ASEAN+3, akhir pekan lalu, di Manila, Filipina.

Untuk diketahui, CMIM merupakan kesepakatan pertukaran mata uang multilateral yang melibatkan 10 anggota ASEAN, Tiongkok (termasuk Hong Kong), Jepang, dan Korea Selatan. CMIM memiliki cadangan valuta asing sebesar USD120 miliar dan diluncurkan pada 24 Maret 2010. Cadangan tersebut diperluas hingga USD240 miliar pada 2012.

Inisiatif itu berawal dalam rangkaian kesepakatan pertukaran bilateral setelah ASEAN+3 bertemu pada rapat tahunan Bank Pembangunan Asia di Chiang Mai, Thailand, pada 6 Mei 2000.

Setelah krisis keuangan Asia 1997, negara-negara anggota merintis inisiatif itu untuk menangani permasalahan likuiditas jangka pendek dan membantu kinerja kesepakatan serta organisasi keuangan internasional lainnya, seperti Dana Moneter Internasional (IMF).

Penguatan kerja sama fasilitas CMIM di tingkat regional sebagai regional financial arrangement (RFA) dengan fasilitas IMF sebagai global financial safety net (GFSN), merupakan bagian dari jaring pengaman keuangan global yang akan terus ditingkatkan untuk mencapai kawasan ASEAN+3 yang semakin resilien dan terintegrasi.

Seperti dilansir dalam situs Bank Indonesia, dalam pertemuan itu disampaikan pula bahwa negara-negara ASEAN+3 terus mewaspadai risiko ekonomi global yang masih diliputi ketidakpastian, baik akibat kebijakan proteksionisme, percepatan pengetatan kondisi keuangan global, maupun risiko geopolitik.