Jakarta, Indonesia: Menghadapi ketidakpastian atas pergeseran kekuatan geopolitik dan geoekonomi global yang terjadi saat ini, Kementerian Luar Negeri RI telah menyelenggarakan ASEAN 1.5 Track Workshop on an Indo-Pacific Regional Architecture for Mutually Beneficial Relations di Jakarta, Selasa (20/3).

Workshop membahas dampak pergeseran peta geopolitik yang kini tengah terjadi di dunia bagi kawasan, mengidentifikasi bidang kerja sama yang dapat diperkuat dalam menghadapi pergeseran kekuatan tersebut, serta mengkaji peran sentral yang dapat dimainkan oleh ASEAN sebagai poros kawasan Indo-Pasifik.

Dari diskusi dalam Workshop, disimpulkan bahwa untuk menjaga relevansi ASEAN dalam perubahan konstelasi kekuatan dunia saat ini, ASEAN perlu memperkuat kerja sama konkrit di berbagai bidang yang telah dimilikinya. Di bidang maritim, sebagai contoh, ASEAN dapat meningkatkan kerja sama fungsional yang bermanfaat untuk ASEAN itu sendiri, termasuk namun tidak terbatas, misalnya dalam pembangunan infrastruktur kelautan, peningkatan konektivitas maritim, dan lain-lain. Di bidang ekonomi, inisiatif berupa kolaborasi antara sejumlah Free Trade Areas (FTAs) yang telah ada di kawasan Indo-Pasifik juga mengemuka.

Di sisi hubungan eksternal kawasan, ASEAN juga dituntut untuk mengoptimalisasi ASEAN-led regional mechanism seperti East Asia Summit (EAS) dan Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF) untuk dapat mengharmonisasikan dan mengonsolidasikan kekuatan-kekuatan besar di kawasan. Kemudian, kerja sama antara ASEAN maupun EAS dengan mekanisme regional lain seperti Indian-Ocean Rim Association (IORA) juga perlu diinisiasi, dengan berdasar pada kesamaan pada kedua organisasi tersebut. Dengan demikian, orientasi kerja sama internal maupun eksternal ASEAN dapat menjadi pondasi sentral kerja sama kawasan Indo-Pasifik.

Pembicara yang dihadirkan dalam Workshop tersebut antara lain Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu RI, Jose Tavares; Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kemlu RI, Dr. Siswo Pramono; Director-General of ASEAN Affairs Ministry of Foreign Affairs of Thailand, Dr. Suriya Chindawongse; Under-Secretary of State Ministry of Foreign Affairs of Cambodia, Kan Pharidh; dan Assistant Director-General of Policy Planning Department Ministry of Foreign Affairs of Viet Nam, Hong Nguyen Thuy. Selain itu, Workshop juga menghadirkan para peneliti / pakar dari think-tanks terkemuka di Asia Tenggara, antara lain Dr. Philips J. Vermonte, Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta, untuk memperkaya diskusi dari pandangan akademis.

Pertemuan ini merupakan kegiatan stock-taking pertama dalam menyusun building-blocks yang akan memperkuat kerja sama kawasan Indo-Pasifik. Kedepannya, selain mengimplementasi hasil-hasil rekomendasi yang diperoleh dari Workshop ini, Indonesia juga berkomitmen untuk terus mendorong kerja sama kawasan Indo-Pasifik. (Sumber: Ditjen Kerja Sama ASEAN)