“Teknologi dewasa ini berkembang sedemikian pesatnya. Seluruh berita dan informasi di berbagai penjuru dunia dapat diperoleh dalam hitungan detik dan di genggaman kita,” buka Duta Besar Jose Tavares, DIrektur Jenderal Kerja Sama ASEAN pada Seminar dan Pelatihan Tangkal Hoax “ASEAN Rajut Harmoni: Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh” di Museum KAA, Bandung (27/8).

Menurut Duta Besar Jose, penetrasi digital dan internet di kawasan ASEAN cukup mengesankan. Per Januari 2018, lebih dari 370 juta pengguna internet tercatat berada di kawasan ini di mana 35% di antaranya merupakan pengguna internet asal Indonesia (sumber: aseanup.com).

“Namun demikian,’zaman digital’ ini bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi,dia menawarkan berbagai peluang dan di saat yang bersamaan, dia juga layaknya ‘disruption’ yang dapat mengganggu keharmonisan masyarakat dan bangsa, seperti halnya berita bohong atau hoax,” sambung Duta Besar Jose.

Hal tersbut kembali ditekankan oleh Riaz Saehu, Direktur Kerja Sama Sosial Budaya ASEAN. Riaz juga menjelaskan bahwa hoax atau berita bohong telah menjadi perhatian para pemimpin ASEAN mengingat dapat menyebarkan kebencian, memicu konflik dan bahkan dapat mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Senada dengan hal tersebut, Citra Pratiwi, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) menyatakan, Indonesia merupakan salah negara yang menjadi tempat tumbuh subur berita hoax. Tercatat, sebanyak 1300 berita hoax berhasil dibongkar sejak tahun 2015 di mana medium yang paling besar adalah tulisan dan gambar. Untuk itu, “think before posting” penting dalam bermedia sosial dan berinternet cerdas saat ini, seperti yang disampaikan Hawe Setiawan, Budayawan Universitas Bandung.

Seminar ini satu suara akan pentingnya edukasi dan partnership dalam menangkal bahaya hoax yang dapat mengganggu stabilitas dan harmoni di masyarakat dan kawasan. Masyarakat harus semakin cerdas dan legawa dalam mengelola dawainya.

Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka perayaan HUT ASEAN ke-51 dan dihadiri lebih dari 200 peserta asal Perguruan Tinggi dan SLTA se-kota Bandung serta Sahabat Museum. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan upaya Kemlu RI dalam mengimplementasikan ASEAN Declaration on Culture of Prevention for a Peaceful, Inclusive, Resilient, Healthy and Harmonious Society (Deklarasi CoP) yang disahkan para Pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-31 bulan November 2017 di Filipina. Deklarasi CoP ini bertujuan memajukan budaya preventif yang antara lain memuat elemen rasa saling memahami, menghargai serta mendorong nilai toleransi dan moderasi (Sumber: Direktorat Kerja Sama Sosial Budaya ASEAN)