Makassar, Indonesia - Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi, sampaikan public lecture dihadapan lebih dari 3000 mahasiswa yang memadati auditorium Baruga A.P. Pettarani Universitas Hassanudin, Makassar (23/2). Public Lecture ini merupakan bagian dari rangkaian Diplomacy Festival #DiploFest yang telah berjalan di lima kota, yakni Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Padang dan kini Makassar.

Pada kesempatan kali ini, Menlu Retno khusus membahas mengenai pelaksanaan politik luar negeri Indonesia, khususnya yang terkait dengan jiwa masyarakat Sulawesi Selatan, yakni Diplomasi Maritim, Diplomasi Ekonomi dan Diplomasi Kemanusiaan.

Diplomasi Maritim menjadi prioritas Indonesia, selain karena 70% luas wilayah Indonesia adalah lautan, empat tahun yang lalu dalam East Asia Summit (EAS) Presiden Joko Widodo memperkenalkan visi Indonesia sebagai “Global Maritime Fulcrum" atau Poros Maritim Dunia. Setelah diluncurkannya visi ini, diplomasi maritim Indonesia semakin diperkuat, antara lain dengan inisiatif Indonesia dalam forum-forum kemaritiman dunia, antara lain melalui IORA (Indian Ocean Rim Association), penyelenggaraan Our Ocean Conference (OOC), Indonesia – Africa Maritime Dialogue serta yang terbaru adalah konsep Indo – Pasific dengan ASEAN sebagai motor penggerak kerja sama dan inklusivitas di kawasan.

Pada subtema Diplomasi Ekonomi, Menlu Retno menekankan bahwa diplomasi negara manapun akan diarahkan untuk mendukung kepentingan ekonominya. Oleh karena itu, Indonesia selalu berupaya untuk meningkatkan diplomasi ekonominya antara lain dengan terus secara aktif meningkatkan pasar non-tradisional bagi produk-produk Indonesia antara lain ke kawasan Afrika, Eropa Timur, Asia Selatan dan Tengah serta Amerika Latin.

Indonesia patut berbangga karena produk-produk hasil industri dalam negerinya sudah menjadi pilihan utama di negara-negara sahabat, contohnya gerbong kereta api Indonesia diekspor ke Bangladesh dan Thailand, pesawat CN-25 menjadi andalan di Senegal dan Meksiko. Kerja keras diplomasi ekonomi Indonesia di pasar-pasar non-tradisional telah membuahkan hasil, di Kuba dalam empat tahun terakir volume perdagangan Indonesia naik 764.4%, sementara dengan Persemakmuran Dominika, angka perdagangan mencapai 1221.1%. Tak lupa pada 2 hari penyelenggaraan Indonesia – Africa Forum, terjadi transaksi senilai USD 586,56 juta dan potensi bisnis senilai USD 1.3 miliar.

Selengkapnya: Kementerian Luar Negeri RI