Pemerintah meluncurkan buku bahan ajar mengenai ASEAN untuk memberikan pemahaman kepada para pelajar tentang peran penting ASEAN. Diharapkan, buku ini dapat membangkitkan kembali budaya literasi baca-tulis generasi muda terhadap ASEAN.

Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara atau ASEAN, sejak dibentuk pada 8 Agustus 1967 dengan keanggotaan lima negara, belumlah dianggap sebagai sebuah kekuatan di kawasan. Saat itu, kelima negara anggota ASEAN sedang membangun kekuatan ekonomi mereka. Tetapi saat ini ASEAN telah berkembang menjadi 10 negara. Berbekal 642 juta penduduk atau 8 persen populasi dunia serta produk domestik bruto (PDB) sebesar USD2,76 triliun (Rp39,1 ribu triliun), ASEAN adalah kekuatan ekonomi yang sangat diperhitungkan di kawasan.

Hingga 2025, PDB ASEAN, seperti dikutip dari World Economic Forum, akan melebihi angka USD4 triliun (Rp57 ribu triliun) dan estimasi ekspor mencapai USD2,8 triliun (Rp39 ribu triliun). Ekonomi digital ASEAN pun ikut tumbuh pesat. Dalam laporan Bank HSBC terbaru, hingga 2025 pertumbuhan perdagangan elektronik (e-commerce) diperkirakan mencapai USD88 miliar (Rp1.249 triliun).

Melihat angka-angka seperti di atas, beberapa organisasi ekonomi internasional memprediksi ASEAN dapat menjadi kekuatan ekonomi paling berpengaruh secara global. WEF memperkirakan, ASEAN pada 2025 akan muncul sebagai kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa.

Pencapaian-pencapaian besar dari ASEAN itu ternyata masih dianggap bersifat elitis. Setidaknya, survei ISEAS-Yusof Ishak Institute pada Februari 2021 di 10 negara ASEAN menunjukkan, sebanyak 38,7 persen responden menilai ASEAN masih bersifat elitis dan jauh dari masyarakat. Sementara di Indonesia, angkanya di atas rata-rata negara ASEAN yakni 49, 6 persen responden. Kendati demikian, ASEAN oleh mayoritas responden dianggap tetap relevan dalam kondisi saat ini.

Selengkapnya: Indonesia.go.id