Amerika Serikat menyampaikan dukungan atas pentingnya pemberantasan penangkapan ikan secara illegal (illegal, unreported and unregulated (IUU) fishing). IUU Fishing telah menjadi salah satu sumber permasalahan di kawasan dan AS siap mendukung langkah-langkah penanganan masalah ini di forum ASEAN Regional Forum (ARF) dan KTT East Asia Summit.

Hal ini disampaikan AS dalam Pertemuan ke-30 ASEAN-United States Dialogue yang diselenggarakan di Washington D.C., Amerika Serikat, pada 2-3 Mei 2017. Pada Pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, Jose Tavares. Pertemuan tersebut dipimpin bersama oleh Amerika Serikat dan Malaysia (sebagai Country Coordinator kerja sama ASEAN-AS) serta dihadiri delegasi negara ASEAN dan Sekretetariat Jenderal ASEAN.

Dalam Pertemuan tersebut, Indonesia menyampaikan rencana Indonesia dan AS untuk mengajukan ASEAN Regional Forum (ARF) Statement on Cooperation to Prevent, Deter, and Eliminate IUU Fishing pada Pertemuan ARF mendatang.
Selanjutnya, Dubes Tavares dalam intervensinya menggarisbawahi isu-isu lain yang terkait dengan terorisme dan perdagangan manusia. "Tantangan terorisme dan kejahatan perdagangan manusia di kawasan ini semakin kompleks. Dalam kaitan itu, kerja sama ASEAN dengan Amerika harus terus diperkuat dan ditingkatkan" jelasnya.

"Indonesia memandang penting adanya startegi penanganan terorisme yang komprehensif, mencakup hard and soft approaches" lanjutnya. Indonesia juga mengapresiasi upaya ASEAN dan kerja sama ASEAN-Amerika Serikat (AS) untuk menangani terorisme, termasuk ditandatanganinya ASEAN-U.S. Joint Declaration for Combating Terrorism pada tahun 2002 dan beberapa implementasi kerja sama lainnya. "Kita perlu waspadai tantangan dan ancaman terorisme ini, termasuk potensi meningkatnya infiltrasi ISIS di kawasan, meningkatnya fenomena lone-wolf terrorist  dan penggunaan media social untuk rekruitmen teroris serta penyebaran ideologi ekstrimism".

Ke depannya, Indonesia memandang penting fokus penguatan kerja sama ASEAN-AS  pada bidang deradikalisasi, penanganan penggunaan media sosial dan internet oleh kelompok teroris, pemberdayaan wanita dan pemuda untuk menangkal ekstrimisme dan radikalisme, saling tukar informasi dan intelijen terkait foreign terrorist fighters (FTFs), serta penguatan legal framework penanganan terorisme.
Dalam bagian lain intervensinya, Dubes Jose Tavares juga menyinggung permasalahan ancaman perdagangan manusia. "Perdagangan manusia masih menjadi masalah dunia dan juga di kawasan ini. Berdasarkan laporan UNODC tahun 2016, 79% korban perdagangan manusia adalah wanita dan anak-anak", lanjutnya.

Sementara itu, Ketua Delegasi AS Susan Thornton, mengapresiasi kuatnya kerja sama kemitraan strategis ASEAN-AS, yang pada tahun 2017 ini ditandai dengan perayaan 40 tahun kerja sama bilateral. "Pemerintah baru Amerika Serikat memandang penting peran ASEAN di kawasan, dan Amerika selalu mendukung sentralitas dan kesatuan ASEAN", jelasnya.

Disampaikannya pula bahwa kunjungan Wakil Presiden AS, Michael R. Pence, ke Jakarta, termasuk ke ASEAN Secretariat beberapa waktu lalu, adalah refleksi keinginan AS untuk terus memperkuat "engagement"  dengan ASEAN. "Disamping itu, Presiden Donald Trump juga telah dijadwalkan menghadiri Pertemuan KTT ASEAN-AS ke-5 dan Pertemuan KTT EAS ke-12 pada November tahun ini", lanjutnya.

Pertemuan ke-30 ASEAN-U.S. Dialogue membahas berbagai hal termasuk tantangan yang dihadapi kawasan ini, situasi regional dan global termasuk kerja sama ekonomi, perdagangan, dan invetasi serta upaya penguatan kerja sama ASEAN-Amerika Serikat bagi kemakmuran bersama di kawasan.
Kerja sama kemitraan ASEAN-AS telah dimulai semenjak tahun 1977.  Pada Februari 2016, telah diselenggarakan Pertemuan Tingkat Tinggi Special ASEAN-U.S. Summit di Sunnylands, California, AS, dimana hadir pula Presiden RI Bapak Joko Widodo. (Eksternal ASEAN/Infomed)