Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Virus Corona COVID-19 telah menghasilkan dukungan luar biasa terkait penutupan pasar yang menjual satwa liar ilegal di wilayah Asia Tenggara. Meskipun World Wildlife Fund mengatakan dalam jajak pendapat publik bahwa pasar seperti itu menjadi pusat perdagangan multi-miliar dolar.

Sekitar 93 persen dari sekitar 5.000 orang yang disurvei oleh WWF pada bulan Maret di tiga negara Asia Tenggara serta Hong Kong dan Jepang mengatakan pasar yang tidak diatur yang menjual satwa liar harus ditutup untuk menangkal pandemi di masa depan. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (7/4/2020). 

Para ilmuwan percaya bahwa virus yang telah menyebar luas di seluruh dunia ini berasal dari pasar satwa liar, dan kemungkinan di kota Wuhan di China, di mana kelelawar, trenggiling, dan hewan lain yang diketahui membawa Virus Corona jenis baru. 

"Ini bukan lagi masalah satwa liar. Ini adalah masalah keamanan global, kesehatan manusia, dan ekonomi," kata Christy Williams, Direktur Asia Pasifik WWF, dalam konferensi pers, yang memberikan hasil survei.

Dukungan untuk tindakan keras terhadap pasar adalah yang terkuat di Myanmar, di mana satwa liar telah bertahun-tahun diperdagangkan secara terbuka di daerah otonom yang berbatasan dengan China, sementara sepertiga responden di Vietnam mengatakan krisis telah mendorong mereka untuk berhenti mengonsumsi produk-produk satwa liar.

"COVID adalah panggilan untuk membangunkan," Grace Hwa, Manajer Program Perdagangan Satwa Liar Ilegal di WWF Myanmar, mengatakan dalam sebuah pernyataan. "Perdagangan satwa liar yang tak terkendali merajalela bukan hanya risiko bagi kesehatan dan ekonomi, tetapi juga bagi seluruh stabilitas kawasan."

Selengkapnya Liputan6