Ambisi Indonesia mencapai net-zero dan transisi energi kini terasa semakin nyata. Berbagai strategi telah diterapkan oleh pemerintah untuk mengurangi jejak karbon. Indonesia dan negara anggota ASEAN lainnya telah berkomitmen untuk dekarbonisasi dan mencapai net-zero target pada tahun 2050. Keketuaan Indonesia dalam ASEAN 2023 dengan tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth" juga menjadi momentum untuk mendukung terwujudnya komitmen ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN berkomitmen untuk mengurangi emisi CO2. Indonesia meningkatkan national determined contribution (NDC) dari 29% menjadi 31,8% jika menggunakan tenaga dan sumber daya kita sendiri, dan jika dengan dukungan global, NDC Indonesia meningkat dari 41% menjadi 43,2%. Dalam melaksanakan NDC ini, salah satu aspek yang paling penting adalah transisi energi.

Sebagai bentuk komitmen regional dalam mendukung ASEAN yang berkelanjutan, Taksonomi ASEAN yang Berkelanjutan (ASEAN Taxonomy for Sustainable Finance/ATSF) telah diperbaharui. ATSF Versi 2 diterbitkan pada bulan ini, dengan berfokus pada Sektor Energi, salah satu sektor dari enam fokus sektor pada ATSF. Pembaharuan ini menunjukkan komitmen ASEAN dalam mewujudkan ekonomi rendah karbon.

ASEAN Taxonomy for Sustainable Finance sendiri telah didirikan pada Maret 2021 di mana para negara anggota ASEAN membentuk ASEAN Taxonomy Board (ATB). ATB berperan untuk merancang sistem taksonomi yang inklusif serta kredibel dalam mengklasifikasikan kegiatan ekonomi dengan mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan negara ASEAN yang beragam.

ATSF ini merupakan sistem atau “kamus” untuk menggolongkan kegiatan ekonomi di kawasan ASEAN yang kategori aktivitasnya dapat memperoleh pembiayaan ramah lingkungan dengan biaya yang lebih murah. Kebijakan hasil kesepakatan bersama ini dapat menjadi pelindung negara-negara ASEAN dalam mencapai potensi maksimalnya dalam hal mekanisme pembiayaan transisi di tengah tantangan global yang makin kompleks.

“Pembentukan Taksonomi ini diharapkan dapat menarik semakin banyak lagi investasi ke dalam negara ASEAN,” tambah Menteri Sri Mulyani.

Pendekatan Taksonomi ASEAN ini disusun secara multi-tier yang terdiri dari Foundation Framework yang mencakup prinsip-prinsip umum yang digunakan untuk menilai aspek keberlanjutan dari suatu kegiatan ekonomi dan Plus Standards yang mendefinisikan serta memberikan kriteria lebih lanjut berdasarkan kriteria kualifikasi dan benchmark bagi kegiatan ekonomi dan investasi hijau.

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia