VIVAnews – Korea Selatan perlahan-lahan mulai melepaskan ketergantungan dari sekutu-sekutu tradisionalnya, seperti Amerika Serikat, China, dan Jepang. Kini Korsel lebih antusias membuka hubungan yang seluas-luasnya dengan Indonesia dan sesama negara anggota ASEAN.

Ini tercermin dari strategi pemerintah Korsel melalui New Southern Policy (Kebijakan Selatan Baru). Demikian ungkap Lim Sungnam, Duta Besar Korsel untuk ASEAN yang berbasis di Jakarta. 

"Pada 25-27 November mendatang akan berlangsung Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-Republik Korea di Kota Busan. Pertemuan para pemimpin itu akan menandai kian eratnya hubungan ASEAN dan Korsel yang sudah berjalan sejak 1989," kata Dubes Lim dalam forum dialog yang diselenggarakan Jakarta Foreign Correspondents Club (JFCC) di Jakarta, Kamis 24 Oktober 2019.

Dia juga mengungkapkan bahwa KTT itu juga akan menyusun rancang biru (blue print) bagi hubungan ASEAN-Korea untuk 3 dasawarsa mendatang. Lim menjabarkan sejumlah faktor yang membuat Korsel kini lebih antusias menjalin hubungan dengan ASEAN sekaligus melepas ketergantungan dengan sekutu-sekutu tradisionalnya.

"Salah satu faktor adalah ASEAN punya potensi ekonomi yang lebih besar dibanding kawasan-kawasan lain di masa depan. Pada 2018 lalu hubungan perdagangan ASEAN-Korsel sudah mencapai US$160 miliar. Ini yang membuat ASEAN kini menjadi mitra dagang terbesar kedua bagi negara kami," kata Lim.

Selain dari sisi ekonomi, ASEAN pun mulai menebar pengaruh secara politik. Ini dirasakan betul oleh Korsel. "Dua negara ASEAN, Singapura dan Vietnam menjadi tuan rumah bagi KTT Pemimpin AS dan Korea Utara. Pertemuan itu membawa dampak positif bagi perdamaian di Semenanjung Korea," ujar Lim dalam dialog yang dipandu oleh Ketua JFCC, Ed Davies.

Dia pun menilai Indonesia juga memberi pengaruh besar bagi meningkatnya hubungan antara negaranya dengan ASEAN. Apalagi sudah ada sejumlah raksasa bisnis Korsel yang sudah berinvestasi di Tanah Air, seperti Lotte dan POSCO.

"Menurut laporan dari media massa, Hyundai Motor Company berencana mendirikan pabrik pertama untuk memproduksi kendaraan bermotor berbasis listrik di Indonesia. Bagi saya, ini perkembangan yang signifikan bagi kedua negara dan pada akhirnya turut memberi dampak yang positif bagi hubungan Korsel dan ASEAN," ujar Lim.

Selengkapnya VIVA News